Selasa, 06 Oktober 2020

Seri Keterampilan Keperawatan : Prosedur memberikan oksigen pada pasien dengan metode nasal canul

 Salam, sahabat sehat

Definisi

Metode pemberian oksigen yang ditambahkan pada persentase yang lebih tinggi daripada yang tersedia atmosfir. udara

Tujuan:

1. Untuk meredakan dispnea

2. Untuk mengurangi atau mencegah hipoksemia dan hipoksia

3. Untuk meringankan pasien yang kesulitan bernapas

Peralatan 

1. Sumber Oksigen teraupetik :. Stop kontak dindng (central oksigen) atau tabung oksigen

2. Humidifier dan air suling (untuk terapi O 2 aliran tinggi )

3. Flowmeter

4. Nasal canul

Prosedur 

1.  Cek advis  dokter termasuk tanggal, jam, aliran liter / menit dan metode pemberian

2. Lakukan kebersihan tangan dan kenakan sarung tangan jika

tersedia

3. Jelaskan tujuan dan prosedur pada pasien

4. Merakit peralatan

5. Siapkan peralatan oksigen:

1) Pasang pengukur aliran ke stopkontak atau tabung oksigen

2) Isi humidifier sekitar 1/3 dengan air steril atau

air mendidih

3) Tiup debu dari tabung oksigen

4) Pasang kanula dengan pipa penghubung ke adaptor pada humidifier

6. Uji aliran dengan mengatur flow meter pada 2-3L / menit dan periksa aliran di tangan.

7. Sesuaikan setelan pengukur aliran dengan aliran yang sesuai advis dokter

8. Masukkan kanula hidung ke dalam lubang hidung klien, menyesuaikan tubing di belakang telinga klien dan geser adaptor plastik di bawah dagu klien sampai dia merasa nyaman.

9. Pertahankan kelonggaran yang cukup dalam tabung oksigen

10. Dorong klien untuk bernapas melalui hidung, bukan mulut dan keluar dari

mulut

11. Mulai aliran oksigen

12. Kaji respons pasien terhadap oksigen dan tingkat kenyamanan.

13. Buang sarung tangan jika Anda memakai dan melakukan kebersihan tangan

15. Dokumentasikan hal berikut: Tanggal, waktu, metode, laju aliran, pernapasan

kondisi dan respons terhadap oksigen

16. Periksa pengaturan oksigen termasuk level air  di humidifier. Bersihkan kanula dan

menilai nares klien setidaknya setiap 8 jam.


Pengetahuan yang berkaitan

TERAPI OKSIGEN

Tujuan : Mempertahankan oksigenasi  jaringan yang adekuat.sehingga metabolisme intra sellular berjalan lancar untuk memproduksi fosfat bernergi tinggi sebagai motor kehidupan disamping untuk terapi beberapa keadaan tertentu.

Untuk mencapai tujuan tak cukup hanya pemberian oksigen saja tetapi harus dikoreksi  latar belakang penyebab terjadi gangguan oksigenasi mulai dari sumber oksigen,ventilasi,diffusi perfusi sampai deliveri dan kemampuan sel menerima oksigen.
Kita ketahui bahwa rendahnya kadar O2 dalam darah disebut hipoksemia sementara rendahnya kadar oksigen dijaringan disebut hipoksia.

Secara praktis hipoksia  dengan sebab apapun dibagi atas :

1.        Hipoksi hipoksemia:  Penyebabnya adalah hipoksemia yaitu kurangnya kadar O2 dalam darah akibat gangguan mulai ventilasi, distribusi dan diffusi dalam paru. Ventilasi bisa berupa obstruksi jalan nafas, hipoventilasi (karena faktor sentral atau perifer), diffusi karena odem atau penebalan dinding alveoli. 

2.        Hipoksi anemia : Pengangkut oksigen (Hb) kurang kwantitas/kualitas walaupun oksigenasi baik, Transfusi adalah jalan keluarnya. 

3.        Hipoksia stagnasi : Terlambatnya aliran darah karena viskositas meningkat, obstruksi, syok stadium lanjut. 

4.        Hipoksia histotoksik : Kerusakan dijaringan/sel tidak mampu lagi menggunakan O2 yang dihantarkan pada keracunan atau sepsis yang berat

Indikasi :

1.        Gagal nafas akut dibutuhkan pembebasan jalan nafas dan nafas bantu.

2.        Syok oleh berbagai kausa dimana terjadi gangguan perfusi jaringan.

3.        Infarct myocard acute dimana tidak seimbang oksigen demand dengan oksigen supply.

4.        Dalam kondisi metabolisme rate tinggi( tirotokikosis, sepsis,hipertermia).dimana kebutuhan oksigen meningkat.

5.        Keracunan gas CO (karbon monoksida) dimana affinitasnya terhadap Hb tinggi.

6.        Preoksigenasi menjelang anestesi.mencegah hipoksia dan hiperkarbia

7.        Penderita tak sadar untuk memperbaiki oksigenasi diotak.

8.        Untuk mengatasi keadaan seperti empisema paska bedah, pneumotorak, emboli udara pemberian oksigen mampu mengusir gas nitrogen yang menumpuk dalam rongga tubuh.

9.        Asidosis apakah respiratorik  maupun metabolik dimana terjadi metabolisme anaerob.

10.     Anemia berat, jumlah Hb maupun kualitas Hb yang kurang dalam transport oksigen.

 

Pemberian oksigen  untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut sesuai dengan ketentuan sebagai berikut.

·         Tanpa gangguan nafas oksigen diberikan 2 liter/menit melalui kanul binasal.

·         Dengan gangguan nafas sedang oksigen diberikan 5-6 liter per menit melalui kanul binasal.

·         Gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung gunakan sistem yang dapat memberi oksigen 100 % 

·         Pada pasien yang rangsangan nafas tergantung hipoksia beri oksigen <50% , awasi ketat.    

·         Atur kadar oksigen berdasarkan PaO2 atau SaO2 kalau ada fasilitas BGA.

·         Dalam keadaan darurat lakukan bantuan nafas, intubasi beri 100% O2.   

 

Persiapan alat :

1.        Sumber oksigen (tabung) atau sumber oksigen sentral, siap pakai.

2.        Tabung pelembab ((humidifier).

3.        Pengukur aliran oksigen (flow meter).   

4.        Alat pemberi oksigen tergantung metode yang dipakai

                      

Metode pemberian oksigen :

A. Sistem aliran rendah:

1.  Aliran rendah konsentrasi rendah (low flow low concentration)

·         Kateter nasal atau binasal

2.  Aliran rendah konsentrasi tinggi (low flow high concentration).

·         Sungkup muka sederhana (simple mask); konsentrasi O2 yang masuk tergantung pada pola nafas dan kecepatan aliran O2.

·         Sungkup muka kantong rebreating;dilengkapi dengan kantong yang menampung aliran gas dari sumber gas atau udara kamar dan udara nafas tanpa valve sehingga terjadi rebreathing.

·         Sungkup muka kantong non rebreating, dilengkapi dengan expiratory valve (katup ekspirasi), sehinggan tidak rebreathing.


B. Sistem aliran tinggi : 

1.  Aliran tinggi konsentrasi rendah (High flow low concentration)

·         Sungkup venturi

2.  Aliran tinggi konsentrasi tinggi (High flow high concentration)

·         Head box

·         Sungkup CPAP (Continous positive airway pressure)

ad.A1 Kanul binasal

Paling sering digunakan untuk pemberian oksigen, memberikan konsentrasi udara inspirasi (FiO2) 24-44% dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit.

Konsentrasi oksigen yang diberikan tergantung tingginya aliran dan volume tidal nafas pasien. Konsentrasi bertambah 4% untuk setiap tambahan 1 liter/menit O2, misalnya aliran 1 liter/menit = 24% .2 liter/menit 28% dan seterusnya maksimal 6 liter/menit.

  Keuntungan    :

Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju nafas teratur, baik diberikan dalam jangka waktu lama. Pasien dapat bergerak bebas, Makan minum dan Bicara.

Kerugian :

Dapat menyebabkan iritasi hidung dan bagian belakang telinga tempat tali binasal. FiO2 akan berkurang bila pasien bernafas dengan mulut.

Ad. A2 Sungkup muka sederhana

Aliran O2 diberikan 6-10 liter/menit dengan konsentrasi O2 mencapai 60%.

Merupakan sistem aliran rendah dengan hidung, nasofaring, orofaring sebagai penyimpanan anatomik.

 

Sungkup muka dengan kantong rebreating:

·         Aliran O2 diberikan 6-10 liter/menit dengan konsentrasi O2 dicapai 80%.

·         Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi dimana 1/3 bagian volume udara exhalasi masuk  kekantong dan 2/3 nya melalui lubang-lubang bagian samping.

 

Sungkup muka dengan kantong non rebreating:

·         Aliran O2 diberikan 8-12 liter/menit, dengan konsentrasi O2 mencapai 100%.

·         Udara inspirasi tak bercampur dengan udara ekspirasi(exhalasi) dan tidak dipengaruhi oleh udara luar.

Kerugian pakai sungkup :

·         Mengikat sungkup dengan ketat teus melekat pada pipi pasien agar tak terjadi kebocoran. 

·         Dapat terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama kalau tidak sadar.

Sungkup venturi

Konsentrasi oksigen berkisar antara 25-40% tergantung kebutuhan pasien dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur, hiperkarbi dan hipoksemia sedang samapi berat.

Yang penting kita harus mengetahui berapa persen kadar oksigen yang kita berikan dengan cara apapun dan berapa besar kebutuhan pasien.

EFEK SAMPING PEMBERIAN OKSIGEN

  1. Oksigen sendiri tidak membakar tetapi adanya O2 belebihan dalam udara kamar bila ada sumber api akan meningkatkan resiko kebakaran.
  2. Hipoventilasi : Penderita COPD(PPOM) pengendalian pusat nafas sentral oleh hipoksia (hypoxic drive) maka bila hipoksia dihilangkan tidak ada rangsangan pada pusat nafas terjadi hipoventilasi sampai apnoe.
  3. Hipoksia bisa terjadi kalau oksigen diberikan dengan tekanan tinggi secara mendadak.
  4. Atelektase terjadi oleh karena pengusiran nitrogen dari alveoli akibat pemberian oksigen konsentrasi tinggi hampir 100%  dalam waktu yang lama (>24 jam).Gas nitrogen biasanya meregang dinding alveoli.
  5. Keracunan oksigen : Bisa menyeluruh dan bisa setempat. Karena pemberian O2 dengan PaO2 > 100 torr dalam waktu lama (bervariasi untuk setiap individu), pada keadaan akut bisa terjadi kejang dan pada keadaan kronis gejala nyeri  retro sternal, parestesia, mual dan muntah. Pada bayi prematur bisa terjadi retrolental fibroplasia karena penyempitan pembuluh darah retina akibat fibrosis.Keracunan lokal terjadi kerusakan sel epitel kapiler paru sehingga difusi terganggu. Pencegahan jangan memberi oksigen konsentrasi >50% lebih dari 24 jam dan setiap pemberian oksigen konsentrasi tinggi harus dipantau PaO2

Ringkasan

Terapi oksigen tidak cukup hanya memberi O2 tapi harus dikoreksi latar belakang terjadinya hipoksia dan didukung pengatahuan yang cukup mengenai faal respirasi, sirkulasi dan sifat dari oksigen itu sendiri. Oksigen sebagai terapi haruslah dianggap sebagai obat dalam penggunaanya harus tepat dosis, indikasi, cara pemberian dan cara mencegah/mengatasi efek sampingnya. Dalam pemberian oksigen dosis tinggi jangan lupa pantau PaO2.


Refensi

1. Perry, A. G.,  Potter, P. A., &  Ostendorf, W. (2014). Clinical nursing skills & techniques (8th ed.), Elsevier Inc

2. DeLaune, Sue C. & Ladner, Patricia K. ( 2011). Fundamentals of Nursing: Standards and Practice Fourth Edition.

3. Nursing Department,Khwopa Poly-Technic Institute. (2008). Fundamental of nursing procedure manual. Japan International Cooperation Agency (JICA) Nepal Office 

4. http://ivan-atjeh.blogspot.com

 Salam, sahabat sehat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar yang membangun

Total Tayangan Halaman

Kunjungan Bosqu

Populer Post